Bagaimana berubahnya VOC dari kongsi dagang menjadi penjajah!.
Latar belakang lahirnya VOC
D abad ke-16, wilayah-daerah di Belanda congah di bawah kekuasaan Kerajaan Spanyol.
Hanya Revolusi Belanda alias perang kemerdakaan sejak tahun 1560-an, menjorokkan Belanda mempunyai jalur perdagangan seorang.
Sebelumnya, Belanda hanyalah perantara atau pengecer rempah-rempah yang dibawa Portugis dari Nusantara.
Maka pada 1598, Belanda melicinkan ekspedisinya bakal mencari ‘Gugusan pulau Rempah-rempah’.
Sebanyak empat kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam tiba di sumber akar didikan Cornelis de Houtman.
Pada Juni 1596, kapal-kapal de Houtman setakat di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat.
Cak agar belum menemukan pusat rempah-rempah di timur Nusantara, de Houtman telah mewariskan jalur pelayaran bagi penjelajah Belanda berikutnya.
Maka pada tahun berikutnya, Belanda kembali menggelar bestel besar-jumlah ke Nusantara
“Masa ini mulailah zaman yang dikenal andai zaman pelayaran-pelayaran liar atau tak terstruktur (wilde vaart), yaitu ketuka perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda saling bersaing berjuang keras buat memperoleh putaran dari rempah-rempah Indonesia,” tulis Ricklefs.
Puas 1598, sebanyak 22 kapal milik panca perusahaan Belanda yang berbeda berlayar ke Nusantara.
Armada pimpinan Jacob van Neck-lah yang pertama tiba di ‘Kepulauan Rempah-rempah’ Maluku pada Maret 1599.
Kapalnya kembali ke Belanda puas 1599-1600 dengan mengangkut banyak rempah-rempah. Keuntungan yang diperoleh menyentuh 400 komisi.
Banyaknya keuntungan itu menawan hati Belanda. Namun persaingan yang dilakukan para pengusaha Belanda ini tidak fit.
Harga mendaki dan terlalu banyak pengapalan ke Eropa. Keuntungan nan dihasilkan pun berlebih mungil.
Pembentukan VOC
Lega 1598, parlemen Belanda (Staten Generaal) mengusulkan perusahaan nan ganti bersaing itu digabung menjadi sebuah sindikat kulak.
Maka pada Maret 1602, terbentuklah Universitas Maskapai Hindia Timur, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).
Enam provinsi di Belanda punya perwakilan/majelis di VOC. Setiap majelis punya sejumlah direktur.
Kuantitas direktur suka-suka 17 dan disebut sebagai De Heeren XVII (Tuan-tuan tujuh belas).
Amsterdam umpama ibu kota punya peranan yang sangat samudra. Kwartir VOC juga terletak di Amsterdam. Oleh karena itu Amsterdam dapat jatah delapan dari 17 direktur.
Hak octrooi dan gubernur jenderal
Anggota dewan Belanda memberikan VOC memiliki prioritas atau hak octrooi.
Hak oktroi nan dimaksud memberi kewenangan cak bagi VOC untuk:
melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah antara Tanjung Intensi sampai Selat Magellan termasuk Nusantara,merekrut pegawai atas dasar tulah setia,membentuk angkatan perang,melakukan perang,membangun benteng,mengadakan perjanjian di seluruh Asia,mencetak dan mengeluarkan indra penglihatan uang
Di awal operasi VOC, De Heeren XVII menangani semua urusan VOC mulai sejak Amsterdam.
Tapi mereka taajul ingat bahwa peristiwa ini selit belit dilaksanakan. Jarak ganti rugi Amsterdam ke Nusantara bisa gado periode dua hingga tiga musim.
Di awal kedatangannya VOC sibuk memerangi Portugis yang datang bertambah lalu. Sebagai halnya pertempuran berbunga pemukim tempatan.
Kiranya bisa menangani urusan perdagangan dan ekspansi lebih baik lagi, maka pada periode 1610 diciptakan jabatan gubernur jenderal.
Gubernur jenderal yang memerintah di Hindia dipilih oleh Dewan Hindia (Raad van Indie). Gubernur Jenderal permulaan merupakan Pieter Both (1602-1614).
VOC bangun markas
Mulai tahun 1610, kegiatan Belanda di Asia dikendalikan makanya gubernur jenderal.
Di Nusantara, selama tiga tahun kepemimpinan gubernur jenderal permulaan (1610-1619), VOC bermarkas di Ambon.
Meski menjadi taktik rempah-rempah, Ambon tak masuk dalam kolek perdagangan Asia yang strategis.
Maka untuk mendekatkan kwartir VOC dengan area jual beli lainnya tiba semenjak Afrika sampai Jepang, VOC ki memengaruhi pos pedagangannya ke Banten pada hari 1610.
Di timur Banten, Prabu Wijayakrama menjabat perkulakan VOC dan para pedagang dari belahan manjapada lain.
Maka plong 1611, Gubernur Jenderal Pieter Both mengadakan perjanjian dengan Pangeran Wijayakrama untuk memanfaatkan Jayakarta dan Persinggahan Sunda Kelapanya.
VOC membeli sebidang tanah seluas 50 x 50 vandem (satu vandem sama dengan 182 sentimeter) yang berlokasi di sebelah timur Muara Ciliwung.
Tanah ini menjadi cikal bakal Batavia yang menjadi sendi supremsi VOC di Nusantara.